Karya Misi di Kalimantan Barat

  • Pada tahun 1862, Pater van der Grinten berkeliling mengunjungi orang-orang suku Dayak di daerah pedalaman untuk menyelidiki kemungkinan-kemungkinan untuk upaya misi masuk ke Kalimantan Barat. Namun dikarenakan tenaga imam yang sangat sedikit, serta kondisi situasi politik di Kalimantan Barat yang diwarnai oleh perselisihan antara kongsi (komunitas demokratis di kalangan masyarakat Tionghoa), pemerintah Belanda, dan penguasa lokal (kesultanan), maka karya misi menjadi agak terhambat pada masa itu.
  • Pada tanggal 7 Mei sampai dengan 12 Juli 1874, Pater de Vries, SJ dan Pater Staal, SJ, misionaris dari Batavia (Jakarta) mengunjungi Pontianak, Sintang, Bengkayang, Sambas, Pemangkat, Singkawang & Montrado lalu mengangkat seorang katekis Tionghoa (sinsang) yang ditugaskan untuk mengajar agama Katolik pada masyarakat setempat.
  • Pada tahun 1855, Singkawang ditetapkan sebagai Stasi dengan cakupan wilayah ke Kalimantan Barat termasuk Belitung.
  • Pater W.J Staal, SJ yang ditetapkan sebagai pastor pertama Singkawang (kemudian ditunjuk sebagai Vikaris Apostolik Jakarta) mulai melayani umat dengan jumlah awal ± 200 orang Katolik Tionghoa yang berasal dari pulau Bangka.
  • Pater Staal menetapkan kampung Sebalau yang masuk wilayah stasi Singkawang sebagai basis utama pelayanan misi dan kemudian berlanjut menjangkau daerah pedalaman Sambas, Bengkayang dan daerah-daerah sekitarnya. Kawasan-kawasan lainnya seperti daerah sepanjang sungai Kapuas sampai Semitau, pemukiman masyarakat suku Dayak Rambai, Sebruwang dan Kantuk juga mendapatkan kunjungan dalam rangka pelayanan misi.
  • Namun dikarenakan perjalanan yang sulit (jarak tempuh yang jauh dan harus dilalui dengan transportasi air), kondisi-kondisi lainnya yang memperparah keadaan serta tenaga imam yang terbatas, penginjilan bagi suku-suku Dayak di pedalaman ditunda sampai dengan tahun 1888-1889.
  • Pada tanggal 29 Juli 1890, Pater H. Looymans, pastor yang berkarya di Padang, tiba di Kalimantan Barat untuk melakukan misi yang ditugaskan padanya di pedalaman Kalimantan Barat. Pusat kegiatan misinya kemudian difokuskan di daerah Sejiram.
  • Buah karya penggelembalaan Pater H. Looymans adalah tujuh orang murid pertama dipermandikan dalam bulan Desember 1892 dan juga mempermandikan 40 orang di wilayah Nanga Badau.
  • Pada pertengahan 1892 Pater H. Looymans berupaya mengirim beberapa pemuda suku Dayak ke pulau Jawa untuk dididik menjadi guru dan katekis sebagai usaha mengatasi krisi tenaga.
  • Pada tahun 1884, para imam yang ada di Singkawang dan Sejiram ditarik dan dikirim ke Flores, mengingat karya misi di Kalimantan Barat dinilai tidak berjalan dengan baik.
  • Pada tanggal 18 Februari 1905, Prefektur Apostolik Borneo didirikan dan mencakup seluruh pulau Kalimantan yang dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda. Prefektur ini dipercayakan kepada Ordo Kapusin dan para biarawan dari Ordo Kapusin Belanda bertugas untuk segera mengisi kekosongan karya misi di Kalimantan Barat.
  • Pada tanggal 10 April 1905. Pastor Pacificus Bos, OFMCap ditunjuk sebgai Prefek Apostolik Borneo.
  • Pada tanggal 26 Mei 1905, Pastor Pacificus BOS, OFMCap sebagai Prefek Apostolik Borneo diterima oleh Bapa Suci Paus Pius X dalam audiensi di Roma dan ia mendapat berkat khusus dari Bapa Suci.
  • Pada tanggal 28 April 1905, ditetapkanlah para misionaris yang akan diutus untuk melakukan misi di Kalimantan Barat, antara lain:
    • Pastor Pacificus Bos, OFMCap
    • Pastor Eugenius van Disseldrop, OFMCap
    • Pastor Beatus Baijens, OFMCap
    • Pastor Camillus Buil, OFMCap
    • Bruder Wilhelmus Verhulst, OFMCap
    • Bruder Theodoricus van Lanen, OFMCap
  • Pada 17 Oktober 1905, pukul 08:00, didahului dengan misa yang dipersembahkan oleh Pastor Pacificus Bos, ratusan masyarakat Tilburg & Walikota melepas para misionaris Kapusin Belanda menuju Kalimantan.
  • Pada tanggal 30 November 1905, sekitar pukul 15:00, mereka tiba di muara sungai Singkawang. Keesokan harinya diadakan misa kudus yang dipersembahkan oleh para misionaris yang baru tiba di Singkawang.
  • Selama melakukan pewartaan Kabar Baik di Singkawang, para misionaris ini ditemani oleh seorang katekis bernama Tshang A Kang yang telah 10 tahun melayani umat Katolik.
  • Dua tahun setelah kehadiran mereka di Singkawang, stasi-stasi baru mulai didirikan antara lain di Pemangkat dan Pelanjau, juga gereja-gereja kecil mulai dibangun di berbagai tempat. Secara berkala para misionaris mendatangi gereja-gereja tersebut untuk mempersembahkan misa dan mengajar.