Misi di Pontianak

  • Di akhir tahun 1906, Pastor Beatus ditugaskan ke kota Pontianak untuk melihat kemungkinan melakukan karya misi dan kemudian diputuskan bahwa setiap tahun akan dikirim seorang imam untuk melayani umat di Pontianak.
  • Pada bulan Maret 1908, Pontianak ditetapkan oleh Pastor Pacificus sebagai bagian dari karya misi mereka karena letaknya yang sangat strategis sebagai tempat transit pergi dan pulang para misionaris Kapusin yang akan ke daerah pedalaman maupun sebaliknya.
  • Pada bulan Juni-Juli 1908, dalam kunjungannya ke Pontianak bersama dengan Bruder Wilhelmus Verhulst (melalui bantuan umat), Pastor Pacificus akhirnya dapat menyewa sebuah rumah di daerah pasar di tepi sungai Kapuas.
  • Rumah tersebut terdiri dari lantai bawah yang diisi dengan ruang doa, dan ruang pertemuan dengan umat sekaligus dijadikan tempat katekumen. Di bagian atas, tersedia pula sebuah kamar tidur yang dikhususkan bagi imam yang sedang bertugas di kota. Untuk melengkapi rumah itu, dibuat lagi sebuah ruang dapur dan kamar mandi.
  • Karena keterbatasan ruangan & belum adanya sebuah gereja, untuk sementara ruang besar Landraad (Kehakiman) dipinjam untuk melangsungkan perayaan Ekaristi yang setiap minggu dipenuhi oleh umat Katolik bangsa Eropa dan orang Tionghoa.
  • Pastor Remigius ditetapkan untuk melayani karya pastoral di wilayah ini.
  • Setelah berhasil menyewa rumah, Pastor Pacificus bermaksud untuk membangun gereja, tempat tinggal dan sekolah untuk para yatim piatu. Hal ini segera disampaikan kepada Asisten Residen van Pontianak yang langsung menyetujui gagasan tersebut.
  • 4 Juli 1908, Pastor Pacificus mengirimkan berita kepada Provinsial Belanda tentang maksud pembelian tanah sekaligus mengundang Tshang A Kang dari Singkawang untuk datang dan membantu menawar harga tanah.
  • 14 Juli 1908, 3 (tiga) bidang tanah yang akan digunakan untuk gereja, pastoran dan tempat tinggal anak-anak yatim piatu berhasil dibeli dengan harga fl 2.230, juga sebidang tanah seharga fl 500 yang diperuntukkan bagi susteran (fl adalah mata uang Belanda yang digunakan pada saat itu).
  • 19 Juli 1908, Pastor Pacificus membeli 1 (satu) bidang tanah lagi yang dialokasikan untuk pekuburan.
  • Melalui bantuan Van Noort, arsitek militer pada pemerintahan Belanda, bangunan gereja stasi Pontianak didesain dengan ukuran 20 x 11 meter dan diestimasi memerlukan biaya pembangunan sebesar fl 8.000-fl 9.000.
  • Pada 21 Januari 1909, Pastor Pacificus resmi pindah dan menetap di Pontianak bersama Pastor Remigius dan Bruder Wilhelmus.
  • Akhirnya pembangunan gereja Katolik pertama di Pontianak berhasil dirampungkan pada Desember 1909 yang ditandai dengan pemberkatan gedung gereja oleh Pastor Pacificus.
  • Setelah bangunan gereja telah rampung, bangunan tempat tinggal para suster dan pastor pun turut dirancang. Di akhir bulan Desember 1910, Pastor Pacificus, Pastor Remigius bersama para bruder pindah dari rumah kontrakan dan menetap di gedung samping pastoran.
  • Pada awal tahun 1911, pembangunan sekolah dimulai dan dibantu oleh para bruder Kapusin hingga pada 23 Februari 1913. Sekolah tersebut rampung dan diresmikan serta diberkati. Keesokan harinya, sebanyak 35 siswa mendaftar dan diterima.
  • Atas antusiasme yang cukup baik terhadap sekolah yang pertama, maka diputuskan untuk dibangun lagi sebuah sekolah yang dikhususkan bagi perempuan. Pada tanggal 3 Agustus 1913 gedung sekolah kedua tersebut rampung dan berhasil menerima 27 orang siswi.