Peran Suster SFIC dalam Karya Kerasulan di Lingkungan Gereja Paroki Pontianak
- Karya pastoral para misionaris dikembangkan melalui pengajaran agama secara pribadi dan berkelompok, serta melalui pendekatan pendidikan sekolah dengan mendirikan pusat-pusat pendidikan formal dan penyediaan asrama-asrama bagi siswa yang dititipkan sebagai anak-anak asuh.
- Berdasarkan keberhasilan karya para suster di Singkawang, maka pusat pelayanan misi dipindahkan dari Singkawang ke Pontianak dan memohon bantuan para suster SFIC untuk menangani sekolah dan asrama di Pontianak.
- Pada 13 November 1910, 3 (tiga) orang suster yakni Sr. Ildephonse, Sr. Alexia & Sr. Venantia serta dua orang gadis Tionghoa asal Singkawang yang akan membantu mereka, menumpang sebuah kapal dari Singkawang dan setelah 24 jam perjalanan kapal tersebut berlabuh di pelabuhan Pontianak.
- Selain mengajar dan membina anak-anak di asrama, para suster SFIC juga melayani anak-anak & orang dewasa yang sakit di rumah mereka masing-masing.
- Sembari menunggu tempat yang layak untuk dijadikan rumah sakit dan karena jumlah pasien yang bertambah, para suster SFIC menyewa 2 (dua) rumah orang Tionghoa untuk difungsikan sebagai rumah sakit kecil untuk merawat orang-orang yang tidak mampu.
- Di awal tahun 20an, para suster mendapatkan tawaran untuk memanfaatkan tangsi Polisi yang akan dikosongkan dan dapat digunakan sebagai bangunan rumah sakit. Namun hal ini baru dapat terwujud 8 tahun kemudian.
- Pada tahun 1914, terdapat sebanyak 6 (enam) misionaris dan 7 (tujuh) suster SFIC yang berkarya di kota Pontianak yakni:
- Prefek Pastor Pacificus Bos
- Pastor Eugenius
- Pastor Bavo
- Pastor Evaristus
- Br. Wilhelmus
- Br. Trudo
- Sr. Ildephonse
- Sr. Sophia
- Sr. Wilhelmina
- Sr. Gertruda
- Sr. Laurentiana
- Sr. Casparine
- Sr. Angella
